Mentok Bangka Barat— Skandal tambang ilegal di Perairan Laut Enjel, Air Putih, Mentok, Bangka Barat, kini mulai terkuak. diduga kuat menjadi otak di balik maraknya operasi ponton rajuk ilegal yang mengobrak-abrik laut tersebut.
puluhan ponton beroperasi bebas tanpa sentuhan hukum, menjadikan kawasan perairan yang dulunya asri berubah menjadi ladang pengerukan rakus. Aktivitas ini berlangsung terang-terangan di bawah hidung aparat yang seolah-olah memilih untuk tutup
Setiap ponton rajuk apung yang ingin masuk dan beroperasi di Laut Enjel wajib "membayar uang bendera" — sebuah istilah untuk biaya keamanan dan izin ilegal .
"Tak ada ponton yang bisa kerja tanpa membayar," ungkap sumber terpercaya di kalangan internal tambang ilegal. "Uang bendera itu sudah harga mati. Siapa yang tidak mau bayar, siap-siap pontonnya ditenggelamkan atau diusir."
Modus operandi ini memperlihatkan betapa terstrukturnya bisnis ilegal mengatur keluar-masuk ponton, membagi setoran, sekaligus menjaga jalannya operasi agar tetap aman dari gangguan. Uang-uang kotor hasil tambang ilegal ini diduga juga mengalir ke oknum-oknum tertentu, memperkuat tameng kekebalan hukum di lapangan.
Sementara itu, ekosistem Laut Enjel hancur perlahan. Terumbu karang rusak parah, populasi ikan menurun drastis, dan perairan berubah menjadi kolam lumpur penuh limbah tambang.
Hingga berita ini diterbitkan, tidak ada tanda-tanda upaya serius dari aparat penegak hukum untuk membongkar jaringan tambang ilegal ini.
Pertanyaan besar pun menggantung di udara:
Apakah aparat Penegak hukum Kapolres Bangka Barat berani memnindak tegas dan menghancurkan jaringan tambang ilegal ini, atau justru memilih menikmati setoran uang tambang ilegal sambil membiarkan Laut Enjel sekarat?
(Tim 3 Demensi)
Social Header